Cerita january yang sanagat mencabar kekuatan diri dan career sampaikan surat resign sudah dimeja untuk samapai ke meja bos (Kak Zana).
January yang banyak masalah, january yang setiap hari berlainan permasalahnyang timbul,
Sampai suatu saat terasa bingung tak tahu mana lagi puncanya,
sampai satu ketika sesat dalam terang,
sesat dalam data yang banyak,
sesat dalam kata kata orang ini,
cakap cakap orang situ,
pening melayan kerenah manusia
sampaikan rasa letih ini tak berpenghujung,
terasa apa yang diusahakan selama ini sia sia,
ibarat mencurah air ke daun keladi,
ibarat pisau yang diasah tidak juga tajam,
terasa jemu,
saban hari masalah yang sama terjadi,
saban hari masalah yang sama berulang,
saban hari konsep masalh yang sama terjadi,
saban hari kena menjawab masalah yang berulang,
penat ini terasa tak hilang,
letih melayan manusia yang tak mahu menerima,
cara kita salah semuanya,
cara mereka yang betul,
bila disiasat di tanya kenapa?
kita pula seolah olah cuba mencari salah mereka,
kita menyiasat supaya ia tidak berulang,
tapi jawapan yang dapat.....
kosong...
tak ada input..
tak ada bukti..
seolah olah kita sengaja mencari salah mereka,
seolah olah kita tidak berusaha memperbetulkannya,
bila disuruh cara kita kononnya menambah kerja mereka,
tapi dalam tak sedar sebenarnya yang disuruh itu untuk backup mereka juga,
sakitnya hati bila disindir,
sakitnya hati kononya kita ini seolah olah memandai mandai,
tak faham dengan mereka mereka ini,
kononnya sudah lama bekerja,
tapi masih tak tahu mana punca masalahnya,
kononya pengalaman berbelas tahun,
sepatutnya setiap belok setiap lenggok sudah boleh di tebak,
kita ini masih budak hingusan yang tak tahu apa apa,
masih belum memahami lenggok gayanya,
sampaikan terfikir yang sebenarnya kenapa mereka-mereka ini terlalu liat untuk menerima,
seolah-olah pengalaman bertahun itu membina tembok ego yang tinggi mungkin,
sampaikan idea kita seolah olah membebankan mereka,
tapi dalam tak sedar sebenarnya perbuatan mereka seakan-akan menyalahkan orang tanpa bukti,
kita suruh mereka bekerja mengikut standard supaya ad buktinya,
supaya senang untuk kita mencari mana salah silapnya,
tapi kita pula yang salah,
sakitnya hati ini.
ibarat luka kecil terkena pisau,
cuba dirawat tersalah ubat,
bernanah berlendir,
kecil....
tukar ubat,
tak berpantang pula,
membesarlah lukanya,
bertambah bernanah, bertambah berlendir,
busuknya semua terasa,
tapi sakitnya sorang je yang rasa.
Orang pandai memberi cara dan kaedah untuk merawat,
tapi bukan tolong merawat,
engkau yang sakitkan, cucilah la luka tu sendiri,
sakit luka untuk di cuci di tanggung sorang sorang walaupun orang yang sakit tu pun tahu apa yang dia boleh buat,
tapi kononnya pengalaman mereka lebih kebal mungkin,
sampaikan melarang cara kita sendiri,
penat...
letih..
fedup...
kalau setiap pagi buka email,
masalah yang sama,
mungkin jodohku disini tak panjang,
meskipun nanti ada pembantu kononya,
tapi sebenarnya bukan,
dia menggantikan dan aku dapat job scope baru,
yang dapat di bayangkan cabarannya,
kalau senario ini masih berterusan,
kalau masih irama yang sama berkumandang,
mungkin terpaksa mengundur,
sebab manusia ad limitation untuk menerima rejection,
sebab aku masih budak hingusan yang cepat letih dan
fedup nak melayan mereka yang pada pandangan aku lebih matang sepatutnya,
tidak beremosi lebih,
No comments:
Post a Comment